3
Sumber Google
Oleh: Muhammad Hifni

Mohon maaf jika judul ini dianggap berlebihan. Sama sekali tulisan ini tidak mendiskreditkan siapapun. Tujuan saya hanya ingin mengingatkan dan memperlihatkan fakta bahwa judul tersebut memang ada benarnya. Percaya tak percaya, sadar atau tidak sadar, kita bisa menyaksikan realita tersebut disekeliling kita.

Baca juga:

Ingin Tahu “Rupa” Perasaanmu? Menulislah


Menulis adalah tradisi yang sangat penting bagi kaum intelektual, terlebih bagi penuntut ilmu (baca: pelajar). Pelajar yang sadar akan pentingnya aktivitas ini dan membiasan diri mempraktikkannya, akan sangat berbeda pertumbuhannya dalam segala hal jika dibandingkan dengan pelajar yang enggan dengan rutinitas ini.

Makanya jangan heran dan sebuah kewajaran, jika kita menemukan “amat” sedikit dari banyak pelajar/mahasiswa yang mau menekuni dunia menulis ini. Padahal kita sudah diingatkan oleh Imam Syafi’i bahwa, untuk mengikat suatu ilmu agar terpatri selalu di dada harus menggunakan tulisan. Dengan kata lain, seseorang akan agak sulit tumbuh dalam meluaskan ilmu pengetahuannya jika mereka malas mencatat setiap ilmu baru yang telah mereka dengarkan.

Coba kita lihat sekarang, tak perlu jauh-jauh. Perhatikan mahasiswa kita. Dari sekian ratus jumlah mereka, berapa puluh yang ikut menekuni dunia menulis? Mungkin kita akan sepakat menjawab “amat sangat sedikit jumlahnya”, bahkan bisa jadi jika kita terpaksa menghitung, jari pada dua tangan kita tak akan habis terpakai.

Baca juga:

Nikmati Prosesnya, Petik Hasilnya


Itu sebabnya saya berkesimpulan kalo penulis itu adalah “makhluk langka” yang jumlahnya amat banyak sedikitnya, sedikiiiiiit banget, jika dibanding dengan jumlah populasi kaum terpelajar hari ini. Mereka adalah manusia “limited edition”. Gimana tidak, setiap kampus hanya memiliki beberapa mahasiswa yang hobi dengan tradisi ini. Jika mereka tiba-tiba tiada, maka punahlah lumbung penulis yang dimiliki oleh kampus tersebut. Miris kan!

Jika kita mau sejenak menengok jauh ke belakang, membaca sejarah nan jauuuh di masa lalu. Kita akan menemukan para cendekiawan muslim yang super hebat dalam hidupnya. Mereka rata-rata mengabadikan hidupnya untuk memajukan ilmu pengetahuan. Cara yang membumi hingga hari ini mereka lakukan yakni menulis kitab-kitab tebal diperuntukkan untuk kebaikan umat.

Kita mengenal, Imam As-Syuyuti dngan dengan 300-an lebih karya kitab tebalnya. Ada juga Al-Khawarizmi sang cendekiawan matematika, Ibnu Al-Farabi, Ibnu Sina dan masih banyak kaum intlektual lainnya. Makanya wajar pada saat itu Islam menemukan masa kejayaannya.

Terus hari ini gimana? Silahkan dijawab sendiri!!!

#Salam Literasi

 

Post a Comment

  1. semua orang pasti bisa jika hanya sekedar menulis saja, namun orang yang bisa menulis suatu karya yang bermanfaat bagi orang banyak itulah yang langka,,, dan hanya orang yang benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk melakukannyalah yang nanti akan bisa menghasilkan karya yang hebat

    ReplyDelete
  2. menulis merupakan sebuah seni dan juga sebuah pengalaman. karena menulis merupakan sebuah ingatan yg berbentuk tulisan dan ketika kita lupa bisa kita membukanya dan juga menulis merupakan Tali pengikat dari pada Ilmu itu sendiri...
    budaya menulis juga sering terlupakan...
    semangat dan terima kasih motivasinya bapak....

    ReplyDelete
  3. Mahasiswa harus menyadari akan hal tersebut bahwa sangat pentingnya yang namanya budaya menulis,, dan lihatlah banyak manfaat yang akan kita dapat dalam menulis,,menulislah mulai dari sekarang dan jadilah mahasiswa yang kreatif.

    ReplyDelete

 
Top